Article Image

NASIONAL

Biar Trader Nggak 'Pensiun Dini' kala Market Sepi

"Tahun 2023 mungkin nggak menggairahkan bagi trader. Market dominannya sideways, cuannya tipis. Perlu strategi biar trader nggak cepat quit ketika market sepi."

KBR, Jakarta - Sepanjang 2023, situasi bursa saham dominan landai. Pergerakan harga yang cenderung sideways memang membuat trader ritel sulit mendapatkan profit.

Bagi trader yang masih baru alias newbie, kondisi ini jadi ujian berat, karena durasinya panjang dan market diprediksi belum akan membaik dalam waktu dekat. Namun, di sisi lain, trader newbie juga bisa memetik pelajaran, karena market sepi, mungkin banget bakal kembali berulang ke depan.

Menurut professional trader, Ario TW, saat kondisi sideways, tidak perlu terlalu agresif trading. Biar nggak rugi besar, lebih baik batasi untuk trading di saham-saham yang sedang ramai.

"Kalau saham-saham yang lagi nggak ada sentimen, biarin aja, karena flow sekarang terbatas. Jangan asal, sekarang banyak terjadi fake breakout," kata Ario.

Rugi besar, jatuh, dan terpuruk, kata Ario, pasti bakal dialami semua trader. Rehat sebentar dari market bisa menjadi pilihan tepat untuk penyegaran dan recharge semangat. Di sela rehat, uliklah strategi lalu yang bikin boncos.

"Sehari, dua hari, do what you like, mau jalan-jalan, terserah, nanti kalau sudah waras, masuk market lagi," tutur Ario.

Mengembalikan optimisme dapat dilakukan dengan memulai lagi trading dalam lot kecil secara bertahap. Ario menyarankan trader pemula untuk menambah asupan bacaan dengan menikmati buku "The Tao of Bandarmology" karya William Hartanto.

"Mungkin kalau saya baca sekarang basic banget, tapi kalau di awal-awal di market, itu bermanfaat sekali. Bagaimana menerapkan pola pikir terbalik, how the market works," Ario menerangkan.

Baca juga:

Cari Celah Cuan saat IHSG Memerah

Investasi Tetap Cuan saat Rupiah Melemah

Ario TW, professional trader menyebut para trader perlu mencari style atau gaya trading yang cocok. Kalau memakai teknik scalping malah boncos, mungkin bisa memilih swing trading saja. (Foto: dok pribadi).

Ario bilang, disiplin menjalankan rencana trading perlu dilakukan. Para trader sering disiplin saat jumlah lot kecil, tapi agak sembrono ketika lot besar. Faktor psikologi memang banyak mengambil peran dalam trading. Jadi perlu terus berlatih untuk mempertajam pikiran dan meredam irasionalitas.

"Jangan harap langsung cepat pintar, cepat bagger, cepat jago, it takes time. Warren Buffet selalu bilang, nobody wants to get rich slowly, i got rich slowly. Ya sudah, kita ikuti saja," terang trader asal Surabaya ini.

Para trader pemula juga kerap tergoda ingin cuan cepat. Apalagi usai melihat banyak orang yang flexing di media sosial karena dapat profit selangit dari trading.

"Kurangilah melihat akun-akun yang suka flexing. Percuma kok, flexing itu bukan bagian dari realita, seperti pucuk gunung es. Suka flexing, cuan terus nggak pernah rugi, itu biasanya jualan," ungkap Ario.

Menurut Ario, trading for living bukan hal mustahil, tapi harus didasari pertimbangan yang matang. Karena esensinya sama seperti pedagang, bisa untung, bisa rugi. Ukur dulu kemampuan dan kebutuhan, apalagi jika punya tanggungan.

"Yang mau trading tapi masih kerja kantoran, trading itu sambilan saja, jangan buru-buru resign. Kebutuhan Anda tiap bulan jalan terus, kalau trading kan belum pasti profit," ujar Ario menekankan.

Dengarkan obrolan selengkapnya di Uang Bicara episode "Biar Trader Nggak 'Pensiun Dini' kala Market Sepi". Bisa disimak di KBR Prime, Spotify, Apple Podcast, dan platform mendengarkan podcast lainnya.