Article Image

NASIONAL

Antre Saham IPO, Jangan FOMO!

"Selusin saham IPO di awal 2024, ini jadi peluang cuan baru bagi para trader, perlu sabar membaca prospektus supaya nggak FOMO dan loss."

KBR, Jakarta - Seperti 2023, tahun ini, bursa bakal disemarakkan oleh penawaran saham perdana (initial public offering/IPO). Di awal tahun saja, kita sudah disambut dengan lusinan IPO. Situasi yang menarik pastinya bagi para trader untuk mencari cuan. Namun, tentunya perlu punya strategi ciamik, biar nggak kejebak FOMO membeli saham, yang berujung nyangkut.

Pendiri Wiguna Investment, Fransiskus Wiguna tak jemu mengingatkan trader untuk membaca prospektus sebelum memutuskan membeli saham. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah penjatahan saham untuk ritel (pooling allotment) dari perusahaan yang mau IPO.

“Kalau di atas 70%, kita harus waspada, karena barang itu jadi rebutan ritel. Sementara sisanya bisa 20%-30% dimakan oleh big player-nya,” jelas investor yang kerap disapa Frans itu.

Berdasarkan pengamatan Frans terhadap tren IPO setahun terakhir, penjatahan terlalu besar untuk ritel justru tidak menguntungkan. Valusi saham bisa turun hingga Rp50. Akhirnya, trader tidak bisa menjual sahamnya.

"Banyak juga yang IPO-nya tuh kurang bagus dilihat dari sisi performance harganya. Baru IPO, 5 hari udah ke 50," katanya.

Baca juga:
Jeli Pilah Pilih Saham IPO

Biar Trader Nggak 'Pensiun Dini' kala Market Sepi

Pendiri Wiguna Investment, Fransiskus Wiguna menyarankan trader melihat pemilik perusahaan sebelum membeli saham IPO. (Foto: Dok pribadi)

Para trader wajib mencermati penjamin emisi efek (underwriter). Dari penelusuran, bisa diperoleh daftar perusahaan yang pernah ditangani IPO-nya oleh si underwriter.

Saat membaca prospektus, trader jangan sampai terbuai oleh angka-angka fantastis dalam laporan keuangan. Sebab, perusahaan yang mau IPO cenderung memoles laporan mereka.

"Di laporan keuangan disajikan tiga tahun ke belakang kan, itu pasti tiba-tiba ada yang meningkat, entah asetnya tiba-tiba naik, labanya tiba-tiba dari rugi jadi untung puluhan miliar, itu namanya restrukturisasi. Makanya saya nggak pernah lihat laporan keuangan yang paling bawah itu," beber Frans.

Menjaga psikologi juga penting saat trader mau ikutan IPO saham. Jika trader tidak bisa memantau saham di hari listing perusahaan, Frans menyarankan untuk menetapkan batas sedari awal, agar terhindar dari loss.

“Pokoknya kalau harganya misalkan IPO Rp150, opening Rp200 atau Rp180, kita bargain sama diri kita. Kalau harganya sudah balik ke Rp170, apapun yang terjadi, TP (take profit),” tegas Frans.

Dengarkan obrolan lengkapnya Uang Bicara episode Antre Saham IPO, Jangan FOMO! bersama founder Wiguna Investment, Fransiskus Wiguna di KBR Prime, Spotify, Apple Podcast, dan platform mendengarkan podcast lainnya.